Jumat, 20 Januari 2012

Sulsel Jajaki Penggunaan Organik Cair

Kamis, 19 Januari 2012 

MAKASSAR -- Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan menjajaki penggunaan pupuk organik cair di kalangan petani. Selain bertujuan meningkatkan produktivitas tanaman padi, langkah tersebut secara perlahan diharapkan efektif mengurangi ketergantungan petani terhadap pupuk anorganik, seperti urea, SP36, dan ZA.

Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yas in Limpo, Rabu (18/1/2012), mengaku prihatin dengan tingginya penggunaan pupuk anorganik. Kebutuhan pupuk urea bersubsidi di Sulsel tahun ini mencapai 294.600 ton, sedangkan pupuk ZA 61.400 ton.

"Jumlah tersebut hanya berkurang 5 persen dari kuota tahun lalu. Sementara pemanfaatan pupuk organik masih di bawah 2 persen dari total luas area tanam 950.000 hektar," ungkapnya.

Tingginya ketergantungan terhadap pupuk anorganik kerap menyulitkan petani terutama ketika proses distribusi terganggu cuaca buruk. Gangguan tersebut rentan memicu kelangkaan pupuk seperti yang dialami sejumlah daerah di Sulsel selama sepekan terakhir.

Menurut Syahrul, penggunaan pupuk organik cair layak dikedepankan karena menunjukkan dampak positif selama diuji coba PT Charoen Shomboon Chitosan (CSC) sejak tahun 2009 di Kabupaten Barru.

Dalam uji coba di atas lahan pert anian seluas 500 hektar itu, pupuk organik cair mampu meningkatkan produktivitas lahan hingga 28 persen per hektar. Di Kecamatan Sopeng Riaja, misalnya, produktivitas lahan meningkat dari 5,6 ton menjadi 7,2 ton per hektar.

Meski demikian, Syahrul meminta PT CSC mengurus sertifikasi pupuk organik cair di Badan Penelitian Teknologi Pertanian (BPTP) sebelum disosialisasikan lebih luas kepada petani. Apabila hasil pengujian BPTP positif, saya ingin penggunaan pupuk organik cair segera diterapkan, kata Syahrul.

Kepala Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura Sulsel, Lutfi Halide, mengatakan, penggunaan pupuk organik cair menghemat pemanfaatan pupuk anorgan ik hingga 50 persen. Untuk satu hektar tanaman padi hanya dibutuhkan 1 liter pupuk organik cair yang dijual berkisar Rp 60.000-Rp 65.000 per liter.

Cara penggunaannya pun mudah. Petani cukup merendam benih dan menyemprotkan pupuk organik cair saat padi berusia 45 hari, ujar Lutfi. Pemanfaatan pupuk organik cair juga bisa mengurangi subsidi pupuk anorganik dari pemerintah pusat yang tahun ini mencapai Rp 15 triliun.

Ketua tim teknis PT CSC, Wenten Astika, mengatakan, selain meningkatkan produktivitas rata -rata 28 persen, pupuk organik cair membuat padi lebih tahan terhadap hama wereng. Keberhasilan uji coba selama dua tahun di Barru telah menarik perhatian beberapa kabupaten lain di Sulsel. Pemerintah Kabupaten Wajo dan Soppeng sudah menyiapkan lahan 100 hektar untuk uji coba, ungkapnya.

Wenten menambahkan, pihaknya tengah menjajaki pembangunan pabrik pupuk organik cair di Sulsel untuk menekan biaya impor dari Thailand. Apalagi, sekitar 70 persen bahan baku pembuatan pupuk organik cair, seperti cangkang k epiting dan tulang udang, banyak terdapat di Sulsel. Kalau Pemprov Sulsel beri lampu hijau, kami siap, kata Wenten. 


Sumber : http://www.fajar.co.id
Read More >>