SABTU, 26 Mei 2012
MAKASSAR, - Mobil lokal produksi Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan
(Sulsel), Moko atau Mobil Toko, membuktikan keberadaan dan resmi
meluncur di jalanan di Kota Makassar. Sebanyajk 45 unit Moko berkeliling
Kota Makassar, Jumat, 25 Mei kemarin.
City Touring Moko dilepas Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo di Rumah
Jabatan Gubernur Sulsel, Jalan Jenderal Sudirman, Makassar.
Touring Moko produksi tahap pertama ini untuk memperkenalkan kepada
masyarakat kehadiran mobil lokal yang diharapkan menjadi kebanggaan
masyarakat Sulsel.
Syahrul saat melepas Moko mengatakan, kehadiran Moko yang diproduksi
Sulsel, menunjukkan Indonesia yang luar biasa dan kaya raya. Kita harus
bersyukur menjadi orang Indonesia. Ada idealisme di dalam produksi moko
ini.
“Ini yang mau kita tunjukkan. Jangan cuma mau yang instan karena akan
bersifat sementara. Impor beras dan garam tidak boleh di Sulsel.
Mobil pun kita bisa buat sendiri,” terang peraih seratusan penghargaan
nasional maupun internasional ini.Syahrul mengungkapkan, selain mobil
produksi Sulsel, ke depannya, juga harus bisa memproduksi motor hingga
traktor. Tetapi, harganya harus tetap lebih murah dan diperuntukkan
kepada pelaku usaha kecil.
“Suatu saat akan kita buktikan kalau kita tidak kalah. Untuk Moko saja,
kita lebih dulu dari mobil yang diproduksi Jokowi. Tapi Moko harus untuk
rakyat, harganya tidak boleh di atas Rp40 juta. Bahkan, saya mau, Moko
jadi mobil paling irit di dunia,” tegas mantan Bupati Gowa dua periode
ini.
Peraih penghargaan Bintang Maha Putera Utama dari Presiden RI itu,
menuturkan, touring Moko di Kota Makassar, untuk memperkenalkan hasil
karya dengan ketulusan, bukan politik.
“Tidak ada ji gunanya jadi gubernur kalau tidak ada apa-apa. Saya mau
jawab pendekatan politik dengan kerja. Orang mau bicara apapun, yang
pilih kita adalah hasil kerja kita,” tegasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Disperindag Sulsel, Irman Yasin Limpo,
mengatakan, touring perdana di dalam kota merupakan pengenalan kepada
masyarakat sekaligus ajang uji coba. Apalagi, pengadaan dan pemeliharaan
Moko telah dituntaskan tahun ini.
“Dari 45 unit dianggarkan tahun 2011 dan telah selesai,” tuturnya.
Irman menjelaskan, dari anggaran Rp2,7 miliar, baru terealisasi Rp500
juta. Sehingga, masih ada anggaran sekira Rp2,2 miliar. Pembuatan mobil
Moko juga melibatkan partisipasi sumber daya lokal dan tekhnisi lokal
dalam rangka merancang bangun Moko.
“Komponennya juga telah menggunakan komponen lokal,” jelasnya.
Ia menambahkan, produksi awal Moko masih ada beberapa
ketidaksempurnaan. Tetapi, dengan maping produksi, generasi kedua akan
jauh lebih baik dan comfort dari generasi pertama.
“Generasi kedua tentunya akan jauh lebih baik dan comfort dari generasi pertama,” tambahnya. (eky/ute)