Rabu, 25 April 2012

Sulsel Tiga Besar Terbaik Nasional


RABU, 25 APRIL 

alt
Luwu Utara Ungguli Makassar
 Jakarta, —Sulawesi Selatan dinobatkan sebagai provinsi terbaik ketiga atas prestasi dan kinerja dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Sulsel hanya diungguli oleh dua provinsi yang berasal dari Jawa, yaitu  Jawa Timur dan  Jawa Tengah.
Penghargaan dari Menteri Dalam Negeri diterima langsung Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo dari Wakil Presiden RI Boediono pada peringatan Hari Otonomi Daerah ke XVI yang diselenggarakan di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (25/4).
Menurut Syahrul  menjadi tiga besar pemerintahan terbaik tidak mudah karena harus melalui 79 kriteria atau variabel yang ditetapkan.
"Oleh karena itu, saya kira ini kebanggaan bagi kita semua di Sulsel. Paling tidak, di luar Jawa kita yang mewakili," ujarnya.
Syahrul juga menekankan bahwa penghargaan ini bukan hanya atas dirinya, tapi juga bagi berbagai pihak yang telah bekerjasama selama ini, termasuk bupati/walikota dan juga media massa.
"Mari kita teruskan yang baik-baik itu dan kita tinggalkan yang salah dan tuding-tudingan," imbaunya.
Untuk Kabupaten/kota penghargaan yang sama juga diberikan kepada Luwu Utara sebagai peringkat 6 dan Makassar yang berada di urutan 9 nasional (Dewi)
Read More >>

Sulawesi Selatan, Tiga Besar Peringkat Tertinggi Pemerintah Provinsi Pengelola Pemerintahan Daerah Terbaik

Makassar, Rabu 25 April 2012
Jumpa Pers Syahrul Yasin Limpo, mewakili Tiga Besar Peringkat Tertinggi Pemerintah Provinsi Pengelola Pemerintahan Daerah Terbaik: Sulawesi Selatan, Jawa Tengah dan Jawa Timur (25/4).
Read More >>

SYL: I La Galigo Bukti Kehebatan Orang Luwu

RABU, 25 APRil
alt
Hadiri Prosesi Adat Luwu Mappalesso Samaja
 MASAMBA,  –  Gubernur SulselSyahrul Yasin Limpo, yang juga calon gubernur incumbent kembali memuji orang Luwu dengan karya-karya yang dihasilkan. 
Salah satunya menurut SYL adalah I La Galigo. Hal itu diungkapkan Syahrul saat menghadiri prosesi adat Luwu Mappalesso Samaja atau Melepas Nazar, yang dilaksanakan di Baruga Datok Pattimang, Desa Pattimang, Kecamatan Malangke, Luwu Utara, Selasa, 24 April.
Acara itu merupakan rangkaian Festival Internasional I La Galigo yang juga dihadiri Raja dan Sultan se-Nusantara.
Syahrul dalam sambutannya, mengatakan, Mappalesso Samaja dan hikayat I La Galigo, menggambarkan seperti apa wija to Luwu, Sulsel, dan bangsa Indonesia secara luas. Hikayat I La Galigo menggambarkan kejayaan orang Luwu di masa lalu hingga saat sekarang.
“Hikayat I La Galigo merupakan harapan dan inspirasi di masa mendatang,” kata Syahrul.
Indonesia, lanjut Syahrul, merupakan negara yang memiliki keragaman budaya dan adat istiadat. Sebuah keragaman yang membuktikan kebesaran bangsa. I La Galigo merupakan salah satu contoh nyata, karya yang dikagumi dunia.
“Dalam waktu singkat, PBB sebagai badan dunia akan memberikan penghargaan untuk karya I La Galigo. Inilah salah satu bukti kehebatan orang Luwu,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) itu, mengungkapkan, hikayat I La Galigo sebagai sebuah karya sastra, menggambarkan metodologi kehidupan umat manusia. Bagaimana hubungan manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Tuhannya, dan hubungan manusia dengan alam.
“Bahkan, dalam metodologi I La Galigo, menghadirkan kebenaran dengan pendekatan sosiologis, filosofis, hingga yudikatif. Kebenaran untuk kesejahteraan seluruh bangsa ini,” urainya.
Syahrul berharap, Mappalesso Samaja bisa dimaknai secara lebih luas. Bernazar untuk kepentingan bangsa dan negara. Sehingga, rahmat dari Allah SWT berlimpah untuk kesejahteraan rakyat.
“Sudah menjadi tugas pemerintah dalam otonomi daerah untuk menjaga budaya dan kebenaran budaya. Kalau budaya ini tidak kita lestarikan, kita akan kehilangan jati diri nantinya. Ini adalah karya dunia,” imbuhnya.
Sementara, Bupati Luwu Utara Arifin Djunaidi, mengatakan, Desa Pattimang telah ditetapkan sebagai desa wisata sejarah religius. Desa di Kecamatan Malangke itu juga pernah menjadi pusat Kerajaan Luwu dengan wilayah kekuasaan yang sangat luas.
“Itulah alasan mengapa acara ini dilaksanakan di desa ini,” tuturnya.
Arifin menjelaskan, prosesi adat Luwu Mappalesso Samaja merupakan bagian dari ritual adat dalam kebudayaan Luwu Tradisional yaitu melaksanakan suatu aktivitas yang pernah diikrarkan atau dijanjikan kepada Yang Maha Kuasa. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan setelah sebuah permohonan dalam sebuah doa dikabulkan oleh Tuhan.
Di sela-sela pelaksanaan prosesi adat Mappalesso Samaja, Gubernur Sulsel H Syahrul Yasin Limpo, menerima pin kekerabatan kedatuan dari Yang Mulia Cenning Luwu Andi Sitti Huzaimah Opu Daeng Ripajung. Usai prosesi adat, Syahrul juga berziarah ke makam Raja Minangkabau Dato Sulaiman dan makam Raja Luwu XV Andi Patiware. (*/soe)
Read More >>

Jatim, Jateng, Sulsel Provinsi Terbaik 2012


RABU, 25 APRIL 2012

Pemerintah 3 provinsi, 10 kabupaten, dan 10 kota layak mendapat predikat 'terbaik'.

Kementerian Dalam Negeri tahun ini memberikan penghargaan provinsi, kabupaten, dan kota yang mendapat prestasi terbaik berdasarkan hasil evaluasi atas kinerja pemerintahan daerah.

"Berdasarkan hasil evaluasi, tahun ini 3 provinsi dinyatakan paling baik prestasi dan kinerja dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, demikian juga 10 kabupaten dan 10 kota," ujar Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi dalam sambutan acara peringatan Hari Otonomi Daerah XVI di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu 25 April 2012.

Ketiga provinsi tersebut adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Sulawesi Selatan.  Kabupaten yang mendapat skor penilaian 10 terbaik adalah Sleman, Wonosobo, Boyolali, Karanganyar, Jombang, Luwu Utara, Kulon Proggo, Pacitan, Sukoharjo, dan Bogor.

Adapun 10 kota yang mendapat peringkat kinerja terbaik adalah Yogyakarta, Magelang, Tangerang, Semarang, Samarinda, Bogor, Sukabumi, Depok, Makassar, dan Cimahi.

Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam Negeri, Djohermansyah Johan menyatakan bahwa penilaian dilakukan oleh tim khusus yang melibatkan 10 instansi kementerian dan lembaga pemerintah.

Sementara, Wakil Presiden RI, Boediono menyatakan, para pimpinan daerah yang mendapat penghargaan tersebut patut berbangga. "Selamat kepada 23 pemenang. Kita bangga atas hasil kerja pimpinan dan pengelola daerah tadi," kata Boediono.

Menurut Boediono, sistem reward and punishment untuk memotivasi kinerja yang lebih baik memang harus ada. "Ini adalah salah satu bentuk reward yang disampaikan pada daerah yang bisa mencapai prestasi. Penghargaan seperti ini sangat penting," kata Boediono.

Meski begitu, menurut Boediono, masih banyak hal yang harus dibenahi terkait otonomi daerah. Desentralisasi sebagai upaya kita melaksanakan otonomi daerah yang luas dalam kerangka NKRI harus diatur agar menjadi semakin baik di masa mendatang.

"Ada penilaian juga dari luar negeri bahwa otonomi daerah kita berjalan cukup baik. Tapi kalau mau jujur pada diri sendiri, sebenarnya banyak hal yang belum pas," kata Boediono.

Menurut Boediono, penyelenggaraan pemerintahan otonomi daerah sebagai bagian dari keluarga besar NKRI mesti berjalan selaras. "Kadang ada yang tidak pas antara keluarga besar dan keluarga kecil ini," kata Boediono.

"Tugas kita ke depan adalah menjabarkan lebih lanjut secara detail kewenangan apa yang bisa dijadikan pedoman di lapangan baik untuk intansi pemerintah pusat dan daerah. Supaya desentralisasi kita bisa lebih baik lagi," tambah Boediono. (umi)


Read More >>