Hadiri Prosesi Adat Luwu Mappalesso Samaja
MASAMBA, – Gubernur SulselSyahrul Yasin Limpo, yang juga calon
gubernur incumbent kembali memuji orang Luwu dengan karya-karya yang
dihasilkan.
Salah satunya menurut SYL adalah I La Galigo. Hal itu diungkapkan
Syahrul saat menghadiri prosesi adat Luwu Mappalesso Samaja atau Melepas
Nazar, yang dilaksanakan di Baruga Datok Pattimang, Desa Pattimang,
Kecamatan Malangke, Luwu Utara, Selasa, 24 April.
Acara itu merupakan rangkaian Festival Internasional I La Galigo yang juga dihadiri Raja dan Sultan se-Nusantara.
Syahrul dalam sambutannya, mengatakan, Mappalesso Samaja dan hikayat I
La Galigo, menggambarkan seperti apa wija to Luwu, Sulsel, dan bangsa
Indonesia secara luas. Hikayat I La Galigo menggambarkan kejayaan orang
Luwu di masa lalu hingga saat sekarang.
“Hikayat I La Galigo merupakan harapan dan inspirasi di masa mendatang,” kata Syahrul.
Indonesia, lanjut Syahrul, merupakan negara yang memiliki keragaman
budaya dan adat istiadat. Sebuah keragaman yang membuktikan kebesaran
bangsa. I La Galigo merupakan salah satu contoh nyata, karya yang
dikagumi dunia.
“Dalam waktu singkat, PBB sebagai badan dunia akan memberikan
penghargaan untuk karya I La Galigo. Inilah salah satu bukti kehebatan
orang Luwu,” ujarnya.
Ketua Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) itu,
mengungkapkan, hikayat I La Galigo sebagai sebuah karya sastra,
menggambarkan metodologi kehidupan umat manusia. Bagaimana hubungan
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Tuhannya, dan hubungan
manusia dengan alam.
“Bahkan, dalam metodologi I La Galigo, menghadirkan kebenaran dengan
pendekatan sosiologis, filosofis, hingga yudikatif. Kebenaran untuk
kesejahteraan seluruh bangsa ini,” urainya.
Syahrul berharap, Mappalesso Samaja bisa dimaknai secara lebih luas.
Bernazar untuk kepentingan bangsa dan negara. Sehingga, rahmat dari
Allah SWT berlimpah untuk kesejahteraan rakyat.
“Sudah menjadi tugas pemerintah dalam otonomi daerah untuk menjaga
budaya dan kebenaran budaya. Kalau budaya ini tidak kita lestarikan,
kita akan kehilangan jati diri nantinya. Ini adalah karya dunia,”
imbuhnya.
Sementara, Bupati Luwu Utara Arifin Djunaidi, mengatakan, Desa Pattimang
telah ditetapkan sebagai desa wisata sejarah religius. Desa di
Kecamatan Malangke itu juga pernah menjadi pusat Kerajaan Luwu dengan
wilayah kekuasaan yang sangat luas.
“Itulah alasan mengapa acara ini dilaksanakan di desa ini,” tuturnya.
Arifin menjelaskan, prosesi adat Luwu Mappalesso Samaja merupakan bagian
dari ritual adat dalam kebudayaan Luwu Tradisional yaitu melaksanakan
suatu aktivitas yang pernah diikrarkan atau dijanjikan kepada Yang Maha
Kuasa. Kegiatan tersebut akan dilaksanakan setelah sebuah permohonan
dalam sebuah doa dikabulkan oleh Tuhan.
Di sela-sela pelaksanaan prosesi adat Mappalesso Samaja, Gubernur Sulsel
H Syahrul Yasin Limpo, menerima pin kekerabatan kedatuan dari Yang
Mulia Cenning Luwu Andi Sitti Huzaimah Opu Daeng Ripajung. Usai prosesi
adat, Syahrul juga berziarah ke makam Raja Minangkabau Dato Sulaiman dan
makam Raja Luwu XV Andi Patiware. (*/soe)