Sabtu, 07 April 2012

Gubernur: Sulsel Hub Utama Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan di KTI

SABTU, 07 APRIL 2012 


* Menteri Pendidikan Puji Program Pemprov Sulsel
* Hadiri Peresmian Pusat Kanker dan Trauma RS Unhas


Makassar, --Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulsel terus berupaya meningkatkan pelayanan kesehatan dan pendidikan di Sulsel. Gubernur Sulsel Dr H Syahrul Yasin Limpo SH MSi MH, menyebutkan, Sulsel merupakan hub utama pelayanan pendidikan dan kesehatan di luar Pulau Jawa, khususnya di Kawasan Timur Indonesia (KTI).
"Akselerasi di bidang pendidikan dan kesehatan yang ada di Sulsel sangat luar biasa tingginya. Karenanya, kami berusaha mengejar itu," kata Syahrul Yasin Limpo, di sela-sela acara Peresmian Pusat Kanker dan Trauma Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (Unhas), Sabtu (7/4).

Ketua Dewan Penyantun RS Unhas itu mengungkapkan,  pusat pendidikan dan pelayanan kesehatan 14 provinsi di KTI orientasinya berada di Sulsel. Hal tersebut dibangun dalam kurun waktu tiga tahun terakhir.

"Kami mengalokasikan dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah untuk mengelola pendidikan dan kesehatan gratis," ujarnya.

Gubernur menjelaskan, ada tiga konsep pemerintahan di Sulsel. Antara lain, perbaikan ekonomi kerakyatan, pendidikan dan kesehatan.

"Sistem apapun yang dipakai, kalau ekonomi rakyat belum mapan, maka semuanya tidak akan berjalan sesuai yang kita rencanakan. Kalau ekonomi baik, maka pendidikan akan makin baik. Begitupun dengan kesehatan," terangnya.

Menteri Pendidikan Nasional Prof Dr Ir H Mohammad Nuh DEA, yang turut hadir pada acara tersebut, memuji program yang diterapkan Pemprov Sulsel. Ia menilai, pendidikan dan kesehatan gratis yang dicanangkan merupakan bagian dari upaya membangun kualitas populasi sumber daya manusia pada rentang waktu demografi deviden tahun 2010-2035.

"Pada rentang waktu inilah kt harus berinvestasi. Pendidikan dan kesehatan menjadi dua hal penting untuk mencapai target. Jika tidak, maka bonus demografi ini akan berbalik menjadi demografi disaster," jelasnya.

Menurutnya, antara tahun 2010-2035, beberapa negara besar mengalami penurunan populasi sumber daya manusia yang berkualitas, baik di aspek pendidikan maupun kesehatannya. Karena itu, Indonesia harus all out berinvestasi untuk mengambil peran dalam kondisi tersebut.

"Pada masa ini kita harus berinvestasi. Masa kita menanam. Setelah tahun 2035, kita akan menuai hasilnya. Kedahsyatannya akan kita capai jika semua elemen bekerja sama," tambahnya.

Sementara, Rektor Unhas Prof Idrus Paturusi, mengungkapkan, fasilitas pusat kanker dan trauma di Sulsel menjadi sangat penting. Pasalnya, jumlah pasien yang menderita kedua jenis penyakit itu sangat tinggi. Berdasarkan data dari RS Wahidin Soedirohusodo, pada rentang waktu 2006-2010 jumlahnya mencapai 1120 pasien.

"Bayangkan jika kita tidak punya fasilitas ini. Mereka harus keluar Sulsel dengan biaya pengobatan yang cukup mahal," ungkapnya.

Ironisnya, lanjut Idrus, pada umumnya pasien kanker dan trauma merupakan masyarakat kalangan menengah ke bawah. Pasien-pasien tersebut juga memiliki pengetahuan yang minim dengan penyakit kanker dan trauma sehingga baru mendapatkan perawatan ketika penyakitnya sudah parah.

"Kanker merupakan penyakit yang sangat ganas. Penderitanya cukup tinggi di Sulsel. Karenanya, pusat kanker dan trauma ini menjadi sangat penting," imbuhnya. (Dewi)
Read More >>

Gubernur Canangkan Populasi Sapi 2 Juta Ekor

SABTU, 07 APRIL 2012 


BONE,  - Target pencapaian sapi satu juta ekor sudah berhasil dicapai Sulsel. Namun, hal itu tidak serta merta membuat Pemerintah Provinsi Sulsel merasa puas. Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo kembali mencanangkan populasi sapi dua juta ekor.
“Saya sangat senang melihat perkembangan sapi-sapi kita disini. Berkembang dengan sangat baik,” kata Syahrul di sela-sela pelaksanaan Expo Ternak Kabupaten Bone 2012 dan penandatanganan MoU Pencanangan Populasi Sapi Dua Juta Ekor yang digelar di Desa Lappo Ase, Kecamatan Awangpone, Bone, Jumat, 6 April.
Syahrul mengungkapkan, tiga tahun lalu jumlah populasi sapi di Sulsel hanya berkisar 400 ekor. Sekarang ini, jumlah populasi mencapai satu juta ekor lebih.
“Dari empat ratus ekor menjadi satu juta ekor, berarti kita bisa capai sampai dua juta ekor. Jadi, kita canangkan populasi dua juta ekor,” terangnya.
Untuk mencapai target tersebut, lanjut Syahrul, harus dibarengi dengan kemauan, perencanaan yang baik, hingga tahapan-tahapannya.
“Saya bahagia mendengar ada peternak yang harga sapinya mencapai Rp30 juta per ekornya. Ini akan memacu perekonomian masyarakat kita, khususnya para peternak,” ungkap mantan Bupati Gowa dua periode ini.
Peraih penghargaan Bintang Maha Putera Utama dari Presiden RI  ini menambahkan, hingga saat ini Indonesia masih mengimpor sapi. Bahkan, jumlahnya masih cukup tinggi hingga dua juta ekor.
“Kita harus ambil peran. Minimal, kita jadi pemasok sapi untuk kawasan timur Indonesia,” jelasnya.
Dalam ekspo ternak tersebut, ada beberapa kategori lomba. Antara lain, sapi pejantan Bali, sapi pejantan hasil IB, sapi calon pejantan Bali, sapi calon pejantan hasil IB, sapi induk Bali, sapi induk hasil IB, sapi calon induk Bali, sapi calon induk hasi IB, petugas kecamatan berprestasi, kelompok tani ternak terbaik.
Selain mengunjungi ekspor ternak, gubernur ju­ga mencicipi beberapa ku­liner hasil olahan ternak dan pertanian daerah Bone yang disajikan pada pameran kuliner yang dilaksanakan di rumah jabatan Bupati Bone. (kr4/ute)
Read More >>