Jumat, 28 September 2012

Pemprov Tertarik Teknologi Ramah Lingkungan Ceko

Jumat, 28 September, 2012

MAKASSAR, -- Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo tertarik dengan teknologi ramah lingkungan yang dikembangkan di Ceko. Pemerintah maupun investor Ceko diajak bekerja sama mengembangkan sektor industri di Sulsel.

Syahrul mengemukakan ketertarikannya bekerja sama saat menerima Duta Besar Ceko untuk Indonesia, Tomas Smetanka di Gubernuran, Kamis, 27 September. Tomas dan rombongannya didampingi Konsulat Kehormatan Ceko untuk Kawasan Timur Indonesia, HM Alwi Hamu juga dijamu sarapan pagi.

"Saya menyambut baik rencana kerja sama dengan Ceko. Dalam waktu singkat ada follow up kerja sama di bidang industri. Terserah industri apa. Mau tambang atau teknologi terapan, khususnya bidang agri. Sekarang sedang diupayakan perubahan dari agriculture menjadi agribisnis ke agroindustri," tutur Syahrul.

Salah satu industri yang menarik minat Tomas untuk dikembangkan di Sulsel adalah pabrik semen. Selain potensinya sangat besar, kebutuhan semen untuk proyek pembangunan infrastruktur juga sangat tinggi.

Bak gayung bersambut, Syahrul menerima baik rencana investasi industri semen dengan syarat teknologi yang dikembangkan sama yang diterapkan di Ceko yakni teknologi ramah lingkungan. "Asal tidak merusak karst dan lingkungan. Selama lima tahun saya tidak melakukan manuver besar, karena lingkungan harus sangat terjaga," jelasnya.

Sebelum menanamkan modal di Sulsel, terlebih dahulu harus diyakini bahwa teknologi yang digunakan bukan teknologi serampangan. Syarat untuk membangun pabrik semen, kata dia, harus yang menggunakan teknologi ramah lingkungan seperti yang saat ini dikembangkan di pabrik Semen Tonasa V.

Tomas berjanji siap menindaklanjuti pembicaraan awal kerja sama dengan Pemprov Sulsel. Selain kerja sama bidang industri, dubes Ceko juga tertarik mengembangkan kerja sama bidang pariwisata dan pendidikan. "Hanya tinggal mempertemukan dengan agen pariwisata di Ceko," ujarnya. (rif/upi/sil)

Sumber: http://www.fajar.co.id/read-20120928001554-pemprov-tertarik-teknologi-ramah-lingkungan-ceko
Read More >>

2016 Monorel Mamminasata Bisa Beroperasi



JUMAT, 28 SEPTEMBER 2012 

MAKASSAR – Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan memastikan pembangunan proyek transportasi massal dilaksanakan tahun 2013 mendatang. Sedang pengoperasiannya diperkirakan sudah bisa dimulai tahun 2016 mendatang dan melintasi Kota Makassar, Sungguminasa (Gowa), Maros, dan Takalar (Mamminasata). 
“Kami rencanakan tiang pancang dipasang pada 2013. Selanjutnya dibangun jalur monorel pada titik awal Kota Makassar sebanyak 18 kereta
dengan 38 gerbong, kemudian untuk Mamminasata 3x38 gerbong,” ungkap Presiden Direktur PT Indonesia Green Managemen (IGM) Saiful Imam dalam keterangan persnya di Trans Studio Mal, Makassar, Kamis, 27 September.
Saiful mengaku, pihaknya tengah merancang master plan sebagai tindaklanjut pembangunan tiang pancang pertama di Makassar pada 2013 untuk titik awal pembangunan jalur monorel di Mamminasata. Progres monorel telah mencapai 90 persen dalam bentuk pembelajaran teknologi. Kemudian akan dilakukan pengujian satu kereta dengan tiga gerbong di Sentul, Jakarta, sebelum pemba­ngunan di Sulsel.
“Kita masih terkendala beberapa izin dari pemerintah yang belum keluar. Kami masih menunggu izin dari Kementerian Prasarana Umum, termasuk kementerian yang terlibat,” katanya.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo kepada wartawan mengatakan, saat ini sudah ada investor yang menyatakan kesiapannya untuk ikut terlibat dalam poyek ini. Sehingga sebagai langkah awal dari proyek ini adalah melakukan tender sesuai dengan aturan yang ada.
“Proses tender sesuai dengan sesuai dengab Keppres Nomor 54 dan kita harapkan proses tender ini selesai agustus 2013,” kata Syahrul.
Dengan demikian, lanjutnya, proyek ini sudah bisa dimulai pada akhir tahun 2013 dengan adanya pembuatan tiang pancang. Ini sekaligus sebagai awal dari pembangunan infrastruktur dari proyek monorel ini sendiri.
Proyek ini dianggarkan sebesar Rp4 triliun dengan panjang jalan 60 km yang akan meliputi Mamminasata. Sedang untuk tahap awal akan dikerjakan sepanjang 23 km yang berada dalam wilayah Kota Makassar. Jalan ini akan menghubungkan antara Bandara Internasional  Sultan Hasanuddin ke pusat kota.
Proyek pembangunan jalur monorel ini sendiri hanya membutuhkan satu meter median jalan. Badan jalan digunakan untuk pemancangan tiang pancang jalur sarana transportasi massal. Minimnya media jalan dibutuhkan untuk pembangunan tiang pancang dan jalur sesuai dengan kondisi median jalan di Makassar. Dukungan jalan dan median yang lebar hanya dibutuhkan untuk pembangunan halte.
Sementara itu, Direktur Pengembangan PT Kalla Grup, Solihin Kalla, yang menjadi inisiator dari proyek ini mengatakan PT Kalla Grup bekerja sama dengan Para Grup, menyatakan siap menanamkan modalnya untuk membangun monorel.
Rencananya, setelah penandatanganan nota kesepahaman, tim dari Kalla Grup akan melakukan studi kelayakan tentang titik lokasi pembangunan monorel.
Menurut dia, sejumlah ruas jalan akan dijadikan titik lokasi studi kelayakan, yaitu Jalan Perintis Kemerdekaan, Urip Sumoharjo, Jenderal Sudirman, serta Pasar Sentral (Makassar Mall). Lama studi kelayakan hingga awal 2012. Konsep monorelnya, kata dia, sama dengan di sejumlah negara lain. (mg4/ute)
Read More >>