Rabu, 08-02-2012 |
MAKASSAR,--
Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo melakukan peninjauan stadion sepak
bola Makassar bertaraf Internasional di muara Sungai Jeneberang,
Kelurahan Barombong, Kecamatan Tamalate, Makassar, Selasa (7/2). |
Peninjauan
dilakukan Syahrul ini diikuti oleh sejumlah kepala SKPD provinsi, Biro
Pemda serta Biro Humas Pemerintah Provinsi (Pemprov). Gubernur Sulsel, Syahrul Yasin Limpo saat meninjau berharap, pembangunan stadion sepak bola Makassar bertaraf internasional ini dapat diselesaikan sebelum Pemilihan Gubernur (Pilgub) mendatang. " Saya mau stadion ini selesai sebelum Pilgub. Bagian-bagian yang masih tergenang air, tolong segera dibenahi, " harap Syahrul di hadapan rombongan dan pengelola proyek. Sekedar diketahui, pembangunan stadion tersebut dibangun di atas areal seluas empat hektare (Ha) dengan total anggaran mencapai Rp 100,250 miliar dengan daya tampung sekitar 4.000 penonton. Selain itu, akan dilakukan reklamasi laut seluas 2 hektar. Reklamasi ini dilakukan untuk pembangunan fasilitas tambahan seperti jalan luar, area parkir, serta kawasan hijau untuk mendukung keberadaan lapangan sepak bola ini. Bahkan, jalan dibangun melingkar ke laut. () |
Rabu, 08 Februari 2012
SYL: Stadion Selesai Sebelum Pilgub
Benahi Pulau Wisata
RABU, 08 FEBRUARI 2012
DINAS
kebudayaan dan pariwisata terus berbenah untuk menata sejumlah objek
wisata dengan harapan menarik minat wisatawan dan sekaligus dapat
menjadi destinasi atau tujuan wisata baik wisatawan nusantara dan
mancanegara.
Syuaib
Mallombasi, Kepala Dinas kebudayaan dan Kepariwisataan Sulsel,
bertekad untuk melakukan upaya perbaikan dan peningkatan sejumlah objek
wisata yang ada di Sulsel. “Tahun ini kami akan membenahi dua pulau
wisata di daerah ini agar dapat dilirik wisatawan untuk berkunjung.
Makanya kami telah menganggarkan perbaikan untuk pulau tersebut,” ujar
Syuaib, belum lama ini.
Bebeberapa
hal yang perlu dilakukan pembenahan seperti resort, speed boat
repsentatif, kapal wisata yang berkapasitas 50 orang. Biaya perbaikan
ini kami anggarkan sekitar Rp10 miliar, " kata Syuaib.
Syuaib,
menargetkan tahun ini akan melakukan kegiatan untuk menarik lebih
banyak wisatawan masuk ke Sulsel. Ini sebagai upaya untuk mencapai
target 100 ribu wisatawan mancanegara yang akan masuk ke Sulsel.
Sedangkan untuk wisatawan nusantara diharapkan bisa mencapai 4 juta
orang.
Pihaknya
optimis target akan tercapai karena saat ini sudah ada enam atau tujuh
kapal pesiar akan masuk kemudian sudah banyak biro perjalanan wisata
yang membukukan tiga sampai lima paket wisata satu travel, terutama dari
Eropa.
“Jadi
saat ini kami masih terus melakukan pembenahan-pembenahan pariwisata
terkait dengan tahun kunjungan wisata Sulsel 2012, langkah pembenahan
itu termasuk pada pulau-pulau wisata,” katanya. (eky)
Sumber :http://cakrawalaberita.com
untuk Cadangan Ekspor
RABU, 08 FEBRUARI 2012
MAKASSAR,
- Dinas Pertanian Tanaman dan Hortikultura Pemerintah Provinsi
Sulawesi Selatan (Sulsel) menyiapkan hasil pertanian dari gerakan
peningkatan produksi pangan berbasis korporasi (GP3K) untuk cadangan
ekspor beras.
Kepala
Bidang Tanaman pangan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura
Sulsel, Aris Makta Amin, Selasa, 7 Februari, mengatakan, hasil GP3K yang
dipersiapkan untuk cadangan ekspor berdasarkan adanya penetapan bersama
oleh enam BUMN terhadap program tersebut.
Sebanyak
120 ribu hektare lahan akan dikerjasamakan dengan pihak BUMN. Pada
tahap awal ini dilakukan pada 11 kabupaten diantaranya Kabupaten
Sidenreng Rappang (Sidrap), Maros, Pangkajene Kepulauan (Pangkep), Bone
dan Luwu.
"Hasil
produksi dari program ini direncanakan sebagai cadangan ekspor beras ke
sejumlah Negara Asia dan Afrika diantranya Timor Leste dan Ghana,"
katanya.
Beras
dari hasil kerjasama BUMN ini, lanjutnya, diharapkan memiliki kualitas
yang lebih baik dan memenuhi syarat ekspor komoditi pangan.
Keterlibatan
dunia usaha di bidang pertanian diproyeksi mampu meningkatkan kualitas
dan produksi padi hingga lima ton per hektar dari produksi normal 3-4
ton per hektar.
Dalam
program GP3K, perusahaan berkewajiban meningkatkan sarana dan prasaran
pertanian termasuk penyediaan benih irigasi penanganan pasca panen
hingga cetak sawah baru.
Jumlah
anggaran yang dikucurkan perusahaan sebesar Rp3,7 juta hingga Rp6 juta
per hektar. Program GP3K ini merupakan program nasional yang di
peruntukkan pada enam koridor agro di Indonesia, yakni Sumatera,
Kalimantan, Maluku, Papua, Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi.
(eky)
Sumber : http://cakrawalaberita.com
PT PERTANI Kelola 40.000 Ha Lahan Pertanian Sulsel
Rabu, 08 Februari 2012

Kepala
Bidang Produksi Tanaman Pangan Dinas Pertanian (Distan) Sulsel Andi
Muhammad Aris, mengatakan pada tahun ini, instansinya menetapkan luas
areal tanam di Sulsel sebesar 963.000 hektare (ha) dan menargetkan hasil
produksi pertanian PT Pertani dapat digunakan sebagai cadangan ekspor
beras tahun ini. "Dengan kualitas yang lebih baik, produksi pangan
[beras] yang dikelola PT Pertani akan disiapkan sebagai cadangan ekspor
beras Sulsel tahun ini," ujarnya, hari ini.
Selain
PT Pertani, dua badan usaha milik negara lainnya juga akan ikut
mengelola areal tanaman pangan di Sulsel yakni PT Sang Hyang Seri (SHS)
dan PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT). Keterlibatan ketiga BUMN merupakan
program gerakan peningkatan produksi pangan berbasis korporasi (GP3K)
yang dicanangkan pemerintah tahun lalu. "Untuk Sulsel sendiri, areal
pertanian 120.000 ha pengelolaannya diserahkan ke tiga BUMN melalui
program GP3K," kata Aris.
Dia
menambahkan, dari 120.000 ha lahan pertanian tersebut, 50% diantaranya
telah dikelola ketiga BUMN tersebut melalui GP3K di tahun 2011 yang
tersebar di 11 kabupaten diantaranya Sidrap, Pinrang, Bone Luwu, dan
Soppeng. Sementara untuk 2012, PT Pertani dipastikan akan kembali
mengelola 40.000 ha lahan pertanian di Sulsel.
Dinas
Pertanian memproyeksikan, khusus produksi padi yang akan dikelola PT
Pertani akan mencapai 240.000 ton dengan estimasi produktivitas 5 ton
sampai 6 ton per ha. Produksi padi tersebut diharapkan mempunyai mutu
baik karena petani difasilitasi dengan sarana produksi, benih unggul,
dan pasokan pupuk agar memenuhi syarat untuk dapat dijadikan sebagai
cadangan ekspor.(sut)
Sumber : http://www.bisnis.com
KADIN SULSEL Minta Permentan No. 8/2011 Dievaluasi
Rabu, 08 Februari 2012
MAKASSAR:
Kamar Dagang dan Industri Indonesia Sulawesi Selatan menolak
pemberlakuan Peraturan Menteri Pertanian No. 8/2011 tentang Pengawasan
Keamanan Pangan terhadap Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal
Tumbuhan.
Ketua
Kadin Sulawesi Selatan Zulkarnaen Arief mengatakan pihaknya akan
menggerakkan 59 asosiasi pengusaha di bawah koordinasi Kadin Sulsel akan
mengajukan peninjauan kembali Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)
No 8/2011 tersebut. "Kami akan membentuk tim khusus untuk mengajukan
keberatan atas pemberlakuan pelabuhan makassar sebagai pintu masuk impor
produk hortikultura," ujarnya, hari ini.
Menurutnya,
kebijakan pemerintah pusat tidak memperhatikan potensi yang ada di
daerah, karena aturan itu hanya membuka kran impor. Adapun berdasarkan
data, kontribusi sumber daya alam dari Sulawesi itu mencapai 50,4% dari
potensi sumber daya nasional, maka pemerintah pusat justru diharapkan
membuka kran ekspor, bukan impor.
"Kita
bisa lihat rumput laut Sulsel yang memiliki kualitas terbaik. Demikian
pula dengan produksi ikan hias kita yang dipasok melalui pintu
Singapura. Ini yang harus mendapat perhatian, tetapi apa yang terjadi
pemerintah justru membuka impor dari luar masuk kesini. Ini ada apa,"
tanyanya.
Dia
mendesak pemerintah membuka pintu ekspor sejumlah komoditas Sulsel yang
selama ini telah menguasai pusat perdagangan dalam negeri. Dalam
perkembangan lain, Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA) Sulawesi
Selatan menolak rencana penetapan Pelabuhan Makassar sebagai pintu masuk
importasi komoditas sayuran dan buah-buahan bersama tiga pelabuhan
lainnya di Indonesia yang akan ditetapkan awal Maret 2012.
Ketua
KTNA Sulsel Rahman Daeng Tayang menilai Sulsel lebih mendesak untuk
menjadikan Pelabuhan Makassar sebagai pintu ekspor dibandingkan dengan
pelabuhan impor meskipun alasan membuka pelabuhan impor itu untuk
memperketat pengawasan dan keamanan pangan.
Menurutnya,
pemberlakuan Pelabuhan Makassar sebagai pelabuhan impor hortikultura
dapat mengancam produksi pertanian di Sulawesi Selatan. "Dalam pertemuan
di Jombang [Jatim] kemarin, kami dengan tegas menolak pemberlakuan itu.
[Petani akan bertanya] untuk apa memproduksi sayur-sayuran kalau pada
akhirnya pemerintah membuka akses impor barang-barang [komoditas] itu,"
ujarnya, hari ini.
Pemerintah
daerah, paparnya, seharusnya bisa menyikapi rencana itu sebab hasil
produksi hortikultura Sulsel akan anjlok jika pemda setempat tidak
menolak kebijakan ini. "Hasil sayur-sayuran Sulsel selama ini sudah
banyak yang dipasok untuk kebutuhan daerah lain di luar Sulawesi.
Seharusnya pemerintah memikirkan bagaimana produksi Sulsel bisa
ditingkatkan untuk standar ekspor," ucapnya.
Di
sisi lain, dia mengingatkan sektor pertanian nasional membutuhkan
dukungan teknologi untuk mendorong agriculture menjadi agribisnis.
Selain Pelabuhan Makassar, tiga pelabuhan lainnya yakni Pelabuhan
Belawan (Medan), Pelabuhan Tanjung Perak (Surabaya), dan Bandara
Soekarno-Hatta (Jakarta) juga ditetapkan sebagai pintu masuk impor
komoditi hortikultura.
Penetapan
Makassar dan tiga daerah tersebut sebagai pelabuhan dan bandara
importasi buah dan sayur sesuai Peraturan Menteri Pertanian (Permentan)
No 8/PP.340/12/2011 tentang Pengawasan Keamanan Pangan terhadap
Pemasukan dan Pengeluaran Pangan Segar Asal Tumbuhan (PSAT). (sut)
Sumber : http://www.bisnis.com
Langganan:
Postingan (Atom)