Sabtu, 08 Desember 2012

Uniknya Penguburan di Tanah Toraja


Sabtu, 8 Desember 2012
Prosesi Pemakaman di Tana Toraja [Foto: beritalangit.com]
Prosesi Pemakaman di Tana Toraja [Foto: beritalangit.com]
Pemakaman atau kompleks kuburan menjadi bagian yang tak terpisahkan selama kurun peradaban manusia. Dalam peradaban manusia Kematian memiliki tempat tersendiri dalam bingkai memori kehidupan. Sehingga tak heran, proses pemakaman sampai kepada tempat pemakaman menjadi bagian dari sebuah budaya.

Salah satu daerah yang memiliki kebudayaan tersendiri dalam proses pemakaman di Indonesia ada di Kabupaten Tanah Toraja Sulawesi Selatan. Kompleks pemakamannnya sungguh unik bahkan, menjadi populer di dunia, seperti pekuburan bayi di Kambira dan kompleks pekuburan di bukit batu Lemo.
Dalam kebudayaan Toraja, bayi yang meninggal dianggap masih masih suci. Sehingga diberikan perlakuan khusus terhadap jasadnya. Sang jabang bayi dikuburkan di kompleks pemakaman di Desa kambira.
Dipekuburan ini bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di dalam sebuah lubang yang dibuat di pohon Tarra’.
Pohon Tarra’ dipilih sebagai tempat penguburan bayi, karena pohon ini memiliki banyak getah yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu.
Dengan menguburkan di pohon ini, orang-orang Toraja menganggap bayi ini seperti dikembalikan ke rahim ibunya dan mereka berharap pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang akan lahir kemudian.
Pohon Tarra’ memiliki diameter sekitar 80 – 100 cm dan lubang yang dipakai untuk menguburkan bayi ditutup dengan ijuk dari pohon enau. Pemakaman seperti ini dilakukan oleh orang Toraja pengikut ajaran kepercayaan kepada leluhur.
Upacara penguburan ini dilaksanakan secara sederhana dan bayi yang dikuburkan tidak dibungkus dengan kain, sehingga bayi seperti masih berada di rahim ibunya.
Kompleks pekuburan lain yang tidak kalah unik di Tanah Toraja, adalah pekuburan yang dibuat di bukit batu. Bukit ini dinamakan Lemo karena bentuknya bulat menyerupai buah jeruk (limau).
Di bukit ini terdapat sekitar 75 lubang kuburan dan tiap lubangnya merupakan kuburan satu keluarga dengan ukuran 3 X 5 M.
Untuk membuat lubang ini diperlukan waktu 6 bulan hingga 1 tahun dengan biaya sekitar Rp. 30 juta. Tempat ini sering disebut sebagai rumah para arwah.
Di pemakaman Lemo anda dapat melihat mayat yang disimpan di udara terbuka, di tengah bebatuan yang curam. Kompleks pemakaman ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual.
Pada waktu-waktu tertentu pakaian dari mayat-mayat akan diganti dengan melalui upacara Ma Nene. Kuburan Batu Lemo ini terletak di sebelah utara Makale, Kabupaten Tana Toraja.
Anehnya, mayat yang disimpan atau diletakkan saja di tebing tersebut, tidak pernah tercium bau busuk yang merebak.
Selain memiliki pemakaman unik, di Tana Toraja memiliki ritual pemakaman yang dianggap paling rumit di dunia, dan menjadi warisan kebudayaan dunia. Upacara itu disebut dengan Rambu Solo, yakni sebuah upacara pemakaman secara adat yang mewajibkan keluarga yang almarhum membuat sebuah kekiatan yang melibatkan banyak pihak dan diselenggarakan secara besar-besaran.Upacara ini sebagai tanda penghormatan terakhir pada mendiang yang telah pergi. Hal yang membuatnya rumit, karena upacara Rambu Solo memiliki sejumlah tingkatan, tergantung pada strata sosial si mendiang dan keluarganya.
Yang paling menarik adalah ketika tahap terakhir upacara Rambu Solo dimana jenazah dibawa ke sebuah tebing khusus untuk pemakaman seperti di Lemo. Biasanya jenazah disertai dengan patung simbolisasi penggambaran diri mendiang yang disebut dengan nama Tau-tau.[KM05]
Sumber: http://www.kabarmakassar.com/?p=20966
Read More >>