Sabtu, 08 September 2012

Jerman Jajaki Investasi Pariwisata Sulsel



SABTU, 08 SEPTEMBER 2012

MAKASSAR,  – Pe­ngusaha asal Jerman, Gerhard Merkel, dari perusahaan Merkel & Von Schweinitz GmbH Business Partner, tertarik berinvestasi di Sulsel. Sasarannya adalah industri pariwisata dan perhotelan.
“Saya tertarik membangun resort dan mengembangkan pariwisata Sulsel,” kata Merkel, saat bertemu Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo, di Rumah Jabatan Gubernur, Jumat, 7 September.
Merkel mengungkapkan, pihak­nya telah mengetahui jika Pemprov Sulsel telah memiliki kerjasama de­ngan Changi Airport Singapura. Karena itu, ia ingin menjajaki kerjasama dengan Pemprov Sulsel, khususnya dalam hal pengembangan pariwisata.
“Saya kira, Sulsel memiliki semua potensi, mulai dari laut, pegunungan, hingga budaya, yang memiliki daya tarik luar biasa,” ujarnya.
Sementara, Gubernur Sulsel H Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, keputusan Gerhard Merkel untuk berinvestasi di Sulsel sudah tepat.
Pasalnya, kegiatan perekonomian di Kawasan Timur Indonesia, terkoordinasi dari Sulsel. Tidak hanya itu, pertumbuhan ekonomi Sulsel mencapai 8,64 persen, melampaui rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional.
“Kita bicara dari awal, kita bangun kerjasama yang holistik. Dimana saja, kalian boleh masuk,” ungkap Syahrul.
Ia menjelaskan, Sulsel memiliki Takabonerate yang merupakan taman laut yang sangat indah dan terkenal di seluruh dunia. Tidak hanya itu, ada pula Tana Toraja yang terkenal dengan wisata religinya, yang memiliki budaya yang eksotik.
“Mari kita sama-sama eksplorasi apa yang ada. Dan dari Sulsel ini, kita bisa koneksikan pariwisata kita ke Bali hingga Papua,” jelasnya.
Syahrul menuturkan, potensi pariwisata Sulsel semakin menjanjikan dengan dibukanya banyak jalur pe­nerbangan internasional dari Bandara Sultan Hasanuddin, Makassar. Bahkan, ke depannya, di Taka Bonerate juga akan dibangun bandara agar wisatawan yang ingin melakukan diving atau menyelam disana, bisa dengan mudah tiba di lokasi.
“MoU dengan Changi Airport hingga saat ini masing berlangsung, tinggal kita follow up dengan langkah-langkah strategis selanjutnya,” pungkasnya. (eky/ami)
Read More >>

Wagub: Seko Jadi Kawasan Terpadu Spesifik



SABTU, 08 SEPTEMBER 2012 

MAKASSAR, – Kecamatan Seko Kabupaten Lutra akan dijadikan sentra produksi Gula Merah, mengingat lahan perkebunan tebu di wilayah dataran tinggi tersebut mencapai 300 Ha milik masyarakat.
Kecamatan yang memerlukan waktu tempuh selama empat jam dari Masamba itu pada musim kering ini, mayoritas masyarakatnya bercocok tanam.
Menurut Ketua Dewan Adat Seko, D Tandipaewa  ketika diterima oleh Wagub Sulsel Agus Arifin Nu’mang di ruang kerjanya, Jumat, 7 September mengatakan, masalah utama yang dihadapi masyarakat Seko terutama dalam memasarkan hasil ta­namnya adalah transportasi.
Kecamatan Seko masih dalam kategori wilayah terisolir, karena jalan yang menghubungkan Seko dengan ibukota kabupaten belum dapat dilalui kendaraaan roda empat.
“Kami kesulitan dalam hal pemasaran hasil cocok tanam petani,” katanya.
Wakil Gubernur Sulsel, Agus Arifin Numang mengatakan bersedia membantu bibit tebu kepada masyarakat Seko untuk pengembangan gula merah. Menurut mantan Ketua DPRD Sulsel itu, Seko akan dijadikan kawasan pengembangan terpadu spesifik daerah, yaitu pengembangan produksi gula merah.
“Seko akan dijadikan kawasan terpadu spe­sifik daerah, karena memiliki kondisi wilayah yang berbeda dengan daerah lain, sehingga nantinya produk yang dihasilkan tidak ada saingannya di daerah lain”,kata Agus.
Agus juga menambahkan, pemprov akan membantu pabrik gula merah yang menggunakan bahan bakar serbuk hasil perasan tebu sehingga tidak terlalu berisiko tinggi terhadap biaya produksi, dibandingkan menggunakan bahan bakar LPG. (eky/ami)
Read More >>

Lutra Jadi Sentra Produksi Gula Merah



Sabtu, 08 September 2012

PEMPROV tengah merancang Kecamatan Seko Kabupaten Luwu Utara (Lutra) menjadi sentra produksi gula merah di Sulsel. Daerah tersebut sangat mendukung mengingat tersedia lahan perkebunan tebu yang cukup luas, sehingga hasilnya bisa dimanfaatkan untuk memproduksi gula merah.

“Perkebunan tebu milik masyarakat di wilayah daratan tinggi di sana mencapai 300 hektare. Makanya kita merancang daerah ini menjadi sentra produksi gula merah,” kata Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’mang saat menerima kunjungan Ketua Dewan Adat Seko D Tandipaewa di Kantor Gubernur Sulsel kemarin.

Untuk tahap awal, pemprov siap membantu penyiapan bibit tebu kepada para masyarakat agar bisa dikembangkan. Agus juga mengaku akan memfasilitasi pengadaan tersebut. “Seko ini akan dijadikan kawasan terpadu spesifik daerah, karena memiliki kondisi wilayah yang berbeda dengan daerah lain. Sehingga, nantinya produk yang dihasilkan tidak ada saingannya dari daerah lain,” beber dia.

itu, Agus juga berjanji akan membantu pengadaan pabrik gula merah yang menggunakan bahan bakar dari hasil perasan tebu. Selain hemat biaya, hal ini juga menjadi penghasilan tambahan bagi para petani tebu.

Sementara itu, Tandipaewa mengatakan, masalah utama yang dihadapi masyarakat Seko terutama dalam memasarkan hasil bercocok tanamnya adalah masalah transportasi. Untuk menjangkau Kecamatan Seko, dibutuhkan waktu minimal empat jam dari ibu kota Lutra. Jalur tersebut hanya bisa dilalui motor. (wahyudi) 

Read More >>