Senin, 27 Agustus 2012
Mallobasang/Fajar
SIAP DIJUAL. Salah seorang petani jagung di Kampung Jonggoa, Desa Banrimanurung, Kecamatan Bangkala Barat, Jeneponto, Agung, mengupas hasil panennya dengan mesin pemipil jagung untuk dijual ke pedagang.
“Sebelumnya, para petani kurang bersemangat dengan harga yang rendah yakni Rp1.200 per kg, tapi sekarang sudah mencapai angka di atas Rp2.000 per kg,” ungkap seorang petani jagung di Kampung Jonggoa, Desa Banrimanurung, Kecamatan Bangkala Barat, Jeneponto, Agung Kr Tenreng, yang ditemui FAJAR, Sabtu 25 Agustus akhir pekan lalu.
Membaiknya harga jagung di tingkat petani ini, baru sepekan. Agung menyebutkan, bisnis berkebun jagung ke depan sangat menjanjikan, asal harga tidak jatuh lagi sampai di bawah Rp2.000 per kilogram. "Dengan kenaikan harga jagung seperti ini, membuat para petani jagung di kampung ini, khususnya di Jeneponto, bisa tersenyum lebar,” jelasnya.
Harga jagung pipilan di tingkat petani sekarang ini mencapai Rp2.500 per kg hingga Rp2.600 per kg. Sedangkan harga jual jagung ke luar Jeneponto, khususnya ke Surabaya mencapai Rp5.000 per kg.
Kepala Dinas Perindagtamben Jeneponto, Rachmansyah Guntur menyebutkan, harga jagung pipilan musin tanam kedua sudah mulai merangkak naik. Kenaikan ini tentu membuat petani jagung sangat bahagia.
"Kami akan terus memantau setiap hari tentang kondisi harga jagung di Jeneponto. Mudah-mudahan harga jagung tetap bertahan, kalau harga jagung naik maka petani akan senang. Sehingga petani bisa sejehtera hidupnya," kata Rachmansyah Guntur.
Dia juga mengimbau kepada petani supaya tetap waspada permainan para tengkulak dan pengumpul jagung yang suka memainkan harga di tingkat petani. Akibat ulah mereka memainkan harga sehingga petani mengalami kerugian. "Sebaiknya petani jangan menjual kepada tengkulak, tetapi silakan petani menjual sendiri ke pasaran di Makassar," harap Rachmansyah. (lom/lis)

SIAP DIJUAL. Salah seorang petani jagung di Kampung Jonggoa, Desa Banrimanurung, Kecamatan Bangkala Barat, Jeneponto, Agung, mengupas hasil panennya dengan mesin pemipil jagung untuk dijual ke pedagang.
BONTOSUNGGU, --
Petani jagung di Butta Turatea kini boleh bergembira. Harga jagung
mulai merangkak naik. Dari sebelumnya berkisaran Rp1.200 per kilogram,
sekarang sudah naik menjadi Rp2.500 per kilogram hingga bahkan sebagian
sudah ada menjual Rp2.600.
“Sebelumnya, para petani kurang bersemangat dengan harga yang rendah yakni Rp1.200 per kg, tapi sekarang sudah mencapai angka di atas Rp2.000 per kg,” ungkap seorang petani jagung di Kampung Jonggoa, Desa Banrimanurung, Kecamatan Bangkala Barat, Jeneponto, Agung Kr Tenreng, yang ditemui FAJAR, Sabtu 25 Agustus akhir pekan lalu.
Membaiknya harga jagung di tingkat petani ini, baru sepekan. Agung menyebutkan, bisnis berkebun jagung ke depan sangat menjanjikan, asal harga tidak jatuh lagi sampai di bawah Rp2.000 per kilogram. "Dengan kenaikan harga jagung seperti ini, membuat para petani jagung di kampung ini, khususnya di Jeneponto, bisa tersenyum lebar,” jelasnya.
Harga jagung pipilan di tingkat petani sekarang ini mencapai Rp2.500 per kg hingga Rp2.600 per kg. Sedangkan harga jual jagung ke luar Jeneponto, khususnya ke Surabaya mencapai Rp5.000 per kg.
Kepala Dinas Perindagtamben Jeneponto, Rachmansyah Guntur menyebutkan, harga jagung pipilan musin tanam kedua sudah mulai merangkak naik. Kenaikan ini tentu membuat petani jagung sangat bahagia.
"Kami akan terus memantau setiap hari tentang kondisi harga jagung di Jeneponto. Mudah-mudahan harga jagung tetap bertahan, kalau harga jagung naik maka petani akan senang. Sehingga petani bisa sejehtera hidupnya," kata Rachmansyah Guntur.
Dia juga mengimbau kepada petani supaya tetap waspada permainan para tengkulak dan pengumpul jagung yang suka memainkan harga di tingkat petani. Akibat ulah mereka memainkan harga sehingga petani mengalami kerugian. "Sebaiknya petani jangan menjual kepada tengkulak, tetapi silakan petani menjual sendiri ke pasaran di Makassar," harap Rachmansyah. (lom/lis)