Rabu, 10 Oktober 2012

Sulsel Kian Menarik Bagi Investor Asing


Rabu, 10 Oktober 2012

MAKASSAR– Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPMD) Sulsel mencatat per semester I tahun ini nilai investasi asing mengalami pertumbuhan cukup besar.

Realisasinya mencapai USD437 juta atau melebihi target yang ingin dicapai tahun ini sebesar USD100 juta. Pada 2011 lalu,realisasi penanaman modal asing (PMA) di Sulsel hanya mencapai USD89 juta. “Dengan pertumbuhan PMA di Sulsel, dipastikan daerah ini sehat dan terbuka buat pemodal asing,” ujar Kepala BKPMD Sulsel Sukarniaty Kondolele kepada SINDO di Makassar,kemarin.

Namun,pertumbuhan PMA di Sulsel berbanding terbalik dengan pertumbuhan penanaman modal dalam negeri (PMDN). Khusus di semester I PMDN yang tercatat di BKPMD Sulsel, tertinggal Rp1 triliun dari realisasi di semester yang sama tahun sebelumnya. Semester I tahun ini, PMDN Sulsel hanya Rp1,6 triliun. Padahal, BKPMD berharap tahun ini nilai investasi dalam negeri yang masuk ke Sulsel bisa mencapai Rp5 triliun.

“Masih rendahnya nilai investasi dalam negeri dipengaruhi masih adanya sejumlah investor dalam negeri yang belum merealisasikan investasinya di daerah ini,”ujar Sukarniaty. Sementara itu,Wakil Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Sulsel Ilham Alim Bachrie berpendapat, menurunnya nilai investasi yang tercatat di BKPMD Sulsel karena banyak investor dalam negeri tidak menanamkan modalnya melalui fasilitas BKPMD.

“Banyak yang memilih melakukan investasi langsung,”kata dia. Pada dasarnya,dari data Kadin menunjukkan investasi dalam negeri di Sulsel tumbuh cukup signifikan. Hal ini terlihat dengan kian banyaknya pemodal dalam negeri yang mengembangkan sayap usahanya di daerah ini. “Kebanyakan mereka bergerak dibidang properti dan langsung,” tuturnya tanpa merinci jumlah nilai investasinya.

Pilihan pemodal dalam negeri menanamkan modalnya secara langsung,karena telah paham mengenai regulasi investasi di daerah ini. Sementara, PMA mengalami pertumbuhan karena mereka membutuhkan penjaminan dari pemerintah daerah soal investasi yang ditanamkan. Menurut Ilham, faktor lain yang menyebabkan minimnya pencatatan PMDN di BKPMD, karena nilai suku bunga pinjaman bank yang tinggi, sehingga banyak pemodal memilih menggunakan dana sendiri.

Adanya regulasi soal ekspor biji nikel juga menjadi penyebab menurunnya pemodal dalam negeri.“Sulsel merupakan provinsi pengekspor biji nikel. Banyak yang berinvestasi di sana, namun aturan yang berlaku tentang harus adanya smalter berdampak bagi investor untuk bergelut di bisnis ekspor biji nikel,”katanya. Sementara itu, pertumbuhan PMA yang tinggi bahkan melebihi target tahun ini didorong oleh terbukanya sejumlah penerbangan langsung Makassar ke sejumlah negara.

Kata Ilham, hal ini berdampak baik bagi iklim investasi Sulsel, bahkan diperkirakan pertumbuhan itu akan jauh lebih besar lagi di tahun-tahun yang akan datang. Apalagi menurutnya, jika terealisasi Asean Open Sky 2015, dimana Bandara Internasional Sultan Hasanuddin Makassar akan menjadi hub untuk seluruh penerbangan di Indonesia selain Bandara Internasional Soekarno Hatta Jakarta, peluang iklim investasi asing di Sulsel terbuka lebar.

Secara keseluruhan proyek yang berasal dari modal asing yang tercatat di BKPMD Sulsel saat ini telah menjadi tujuh proyek setelah pembangunan liquefied natural gas (LNG) di Kabupaten Wajo yang mulai dikerjakan tahun ini. Sedangkan investasi dalam negeri, total proyek yang berjalan di Sulsel sebanyak 11 proyek. Terdapat tambahan tiga proyek baru, yakni pembangunan pabrik oleh PT Semen Bosowa,PT Semen Tonasa,dan pembangunan pembangkit listrik oleh PT Bosowa Energy di Kabupaten Jeneponto. rahmat hardiansya               

Tidak ada komentar:

Posting Komentar