Rabu, 08 Agustus 2012

Belajar dari Sulsel Cara Mencegah Krisis Kedelai


Selasa, 7 Agustus, 2012
Akhirnya Presiden Su silo Bambang Yudhoyono (SBY) perlu memanggil Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo (SYL) ke Sidang Kabinet Terbatas. Mau gimana lagi? Krisis kedelai yang berlangsung belum lama ini jelas jadi alarm keras bahwa ketahanan pangan kita ternyata butuh perhatian khusus.
Gara-gara peristiwa itu, kita semua sadar: negara kita terlalu bergantung pada hasil bumi negeri lain. Hal yang mengherankan mengingat julukan ‘negara agraris’ masih diajarkan di sekolah-sekolah dasar hingga kini.

Saya pribadi melihat persoalan pangan adalah salah satu penyebab pertumbuhan ekonomi negara kita tidak secepat negara Asia lainnya. Dulu Indonesia mengekspor beras dan mendapat pemasukan dari sana, kini kita mengimpor beras sehingga anggaran negara untuk sektor lain jadi berkurang; pendidikan misalnya.
Untuk pertanian, sebenarnya Indonesia bukan bergantung sepenuhnya pada hasil impor. Kita juga memproduksi, hanya saja kuantitasnya jauh dari kebutuhan. Nah, menjelang hari raya Idul Fitri dan Idul Adha (sekitar 3 bulan lagi), kebutuhan pangan pasti melonjak. SBY (dan kita semua) tentu tidak ingin ada krisis tahu-tempe atau krisis beras, daging, cabai, dan lain-lain.
SYL bukanlah satu-satunya gubernur yang menghadiri Sidang Kabinet Terbatas, ada 4 gubernur lain. Tapi secara khsusus, gubernur Sulsel ini mendapat kepercayaan penuh dari presiden karena prestasinya di bidang pertanian.
Di bawah kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo, Sulawesi Selatan tercatat sebagai penerima Adi Karya Pangan Nusantara dalam tiga tahun terakhir, Satya Lencana Pembangunan Pertanian untuk Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) tiga tahun berturut-turut 2008-2010 serta Satya Lencana Wirakarya Pembangunan 2011.
Tentunya kita layak berharap banyak pada SYL untuk memberi masukan-masukan kepada SBY soal cara meningkatkan ketahanan pangan kita. Bahkan target
10 juta ton pangan untuk Indonesia harusnya bisa dicapai karena Sulsel sendiri sukses mendapatkan surplus pangan sebesar 2 juta ton.
Masalah kedelai yang kemarin heboh juga dibahas dalam Sidang Kabinet Terbatas tersebut. SYL diminta memberikan susunan dan konsep, langkah-langkah strategis apa yang bisa dilakukan agar produksi kedelai di Indonesia bisa digenjot. Semoga kita tidak perlu lagi mengimpor, bahkan kalau bisa berganti jadi negara pengekspor kedelai.
Selain di bidang pangan, Presiden SBY juga meminta Syahrul menyiapkan langkah untuk menggenjot produksi sapi. Pasalnya, Sulsel dinilai berhasil sehingga bisa mencapai stok satu juta ekor sapi. Hal ini tentu saja untuk mengantisipasi melonjaknya kebutuhan daging menjelang Lebaran. Meski tidak sampai menjadi negara pengekspor sapi, tapi setidaknya mudah-mudahan kita tidak perlu lagi mengimpor daging dari negara lain yang dihantui wabah sapi gila.
Bagi saya, bisa mengekspor itu bagus. Namun status tidak menjadi negara pengimpor itu saja sudah cukup. Sebab hal itu berarti uang negara kita bisa dialokasikan ke bidang lain secara optimal. Dengan begitu perlahan-lahan negara ini bisa dibangun. Meski tidak langsung menjulang luar biasa seperti Qatar, tapi setidaknya kita bisa maju tanpa ketergantungan ke pihak asing.
Semoga pak Syahrul Yasin Limpo bisa menjalankan tugasnya dengan baik sehingga ketahanan pangan Indonesia bisa membaik agar saya (serta semua masyarakat Indonesia) bisa jajan gorengan tahu-tempe lagi dan ukuran daging rendang di rumah makan Padang tidak menyusut lagi. [Krisna Tobing]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar