Senin, 09 Juli 2012

Pemprov Kembangkan Beras Organik


Senin, 09 Juli 2012
MAKASSAR– Tahun ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Selatan (Sulsel) akan mengembangkan beras organik di Seko, Kabupaten Luwu Utara (Lutra).


Beras tersebut diyakini mampu memberikan kontribusi terhadap produk beras Sulsel yang setiap tahunnya mengalami surplus lebih dari 1 juta ton. Menurut WakilGubernurSulsel Agus Arifin Nu’mang,potensi pengelolaan beras organik di daerah itu sangat besar.Apalagi, sebelumnya para petani di Seko sudah melakukan pengembangan beras organik.”Hanya saja pengelolaannya belum maksimal. Khususnya menyangkut kemasan ketika beras tersebut akan dijual ke pasaran,”kata Agus. Wagub mencontohkan,selama ini beras organik yang ada di daerah terisolir tersebut dijual Rp3.500 perkilogram(kg).Padahal kalau dikemas harga jualnya Rp8.000 per kg.

Sementara, apabila dibandingkan dengan beras organik dari daerah lain, bisa mencapai Rp39.000 per kg. “Di Seko tercatat sekitar 5.000 hektare (ha) lahan persawahan yang bisa dikembangkan untuk beras organik. Dari jumlah itu diharapkan produksinya bisa lebih besar bila dibandingkan yang ada saat ini.Karena selama ini para petani di Seko menerapkan pola pertanian secara tradisional,”ujarWagub. Agus enggan merinci target produksi beras organik didaerah tersebut.Diaberalasan,tahunini masih penjajakan dan di tahun depan baru akan diterapkan.

Untuk membudidayakan padi organik,parapetanididaerahini akan mendapatkan pendampingan dari Dinas Pertanian Sulsel, Badan Lingkungan Hidup dan instansi terkait lainnya. Politisi Golkar Sulsel ini optimistis produk beras organik dapat laku terjual di pasaran.Apalagi beras ini mayoritas dikonsumsi kalangan masyarakat menengah ke atas.Sebab beras organik bebas pestisida,sehingga diyakini sangat higienis.“Kami optimistis pengembangan ini bisa jalan.Apalagi menjadi bagian dari agenda Gubernur di tahun depan.Tak hanya itu,jika berjalan maksimal tentunya dapat meningkatkan taraf hidup warga di Seko,”paparnya.

Untuk mematangkan rencana pengembangan tersebut, pekan depan Wagub beserta instansi terkait akan melakukan kunjungan untuk melihat langsung apa saja yang perlu dipersiapkan. Khususnya, untuk pola pengembangan produksi pertanian tersebut,termasuk aksesibilitas jalan yang memang membutuhkan waktu berhari-hari untuk dapat tiba di tempat itu. “Kalau beras tersebut sudah bisa dijual dengan kemasan lebih menarik, tentu harganya bisa menguntungkan petani. Semisal dijual di pasaran seharga Rp25.000 dengan keuntungan bagi petani mencapai Rp10.000.

Sehingga bisa menutupi biaya produksinya,”paparnya. Sementara itu, terkait adanya banjir yang menerjang areal persawahan di beberapa daerah penghasil beras di Sulsel, pria berkacamata ini optimistis tidak akan berpengaruh signifikan terhadap produksi padi di Sulsel.Bahkan dia tetap yakin, Sulsel tahun ini tetap bisa mencapai target surplus 2,9 juta ton. Dia beralasan, jika mengacu pada tahun sebelumnya bila terjadi anomali iklim basah atau hujan berkepanjangan, justru menguntungkan sekitar 220.000 ha sawah tadah hujan.

Bahkan, dapat menambah sekitar 100.000 ha areal pertanaman yang sangat bergantung dengan hujan. “Kalau yang terendam hanya 5.000 ha saja itu belum mempengaruhi produksi beras Sulsel. Karena bisa ditutupi dari produksi beras pada sistem tadah hujan yang mencapai ribuan ha,”terangnya. Dikatakan Agus, kalaupun terjadi khususnya pada sawah yang akan panen,hanya memengaruhi kualitas berasnya saja. Dia menyebutkan,kalau hujan terus menerus untuk 100.000 ha sawah tadah hujan dengan perhitungan sekali panen 5 ton,tentunya dapat menghasilkan beras 500.000 ton.

“Tiap tahun kita selalu mampu melakukan pemenuhan kebutuhan beras terhadap masyarakat Sulsel. Di mana dari kebutuhan 800.000 ton bisa dipenuhi dengan surplus yang meningkat signifikan tiap tahunnya,”katanya. Dia menambahkan, saat ini saja data terakhir Bulog,sudah terkumpul sekitar 250.000 ton yang tersimpan.”Itu belum memasuki masa panen,”katanya. suwarny dammar 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar