Selasa, 14 Agustus 2012

Nurdin: Sulsel Rugi Jika SYL Ogah Jadi Gubernur


SELASA, 14 AGUSTUS 2012 

alt
BANTAENG,  – Bupati Bantaeng Prof Nurdin Abdullah mengatakan, masyarakat Sulsel termasuk golongan yang merugi jika Syahrul Yasin Limpo tak mau lagi menjadi gubernur. Pasalnya, sulit menemukan pemim­pin yang memiliki visi ke depan dan mau me­ngorban­kan kepentingannya untuk rakyat.
“Pak Syahrul adalah ketuanya gubernur se Indonesia. Dia komandannya gubernur. Jadi warga Sulsel rugi, jika Syahrul tak mau jadi gubernur
lagi,” kata Nurdin usai melaksanakan salat Ashar ber­jamaah dengan Gubernur Syahrul Yasin Limpo dan ma­syarakat Bantaeng di Masjid Pantai Marina, Korongbatu, Kabupaten Bantaeng, Senin, 13 Agustus.
Ia mengungkapkan, ma­sya­rakat Bantaeng selalu memuji kepemimpinan Syahrul Yasin Limpo sebagai Gubernur Sulsel. Pasalnya, buah pikiran dan terobosan yang berha­sil dilakukan Syahrul telah dinikmati masyarakat, khususnya di Kabupaten Bantaeng.
“Saya menutup MTQ tingkat desa tadi malam. Masyarakat di sana begitu memuji terus Pak Gubernur. Itu tidak salah. Masyarakat Bantaeng menikmati buah pikiran dan terobosan yang dilakukan. Seandainya ada rekamannya, saya ingin perlihatkan pada Pak Syahrul, betapa masyarakat di sana menaruh harapan besar,” ujarnya.
Nurdin mengungkapkan, salah satu bukti dari pemikiran Syahrul adalah pe­lebaran jalan di Loka dari 3,5 meter menjadi 12 meter.
“Jalan itu adalah jalan provinsi, sangat jarang ada pemimpin yang memiliki visi ke depan. Kenapa sampai diperlebar 12 meter? Karena Pak Syahrul melihat perkembangan Loka yang signifikan. Ke depannya bus wisata akan banyak menuju ke Loka,” terangnya.
Ia menambahkan, Pantai Marina juga bukan hasil kerja kerasnya sendiri sebagai bupati, tetapi juga ada campur tangan Gubernur Sulsel.
“Kami menaruh harapan besar pada Pak Gubernur. Pembangunan harus berkesinambungan, tidak cukup sampai di sini. Tidak cukup hanya lima tahun, harus dilanjutkan,” terangnya.
Harus Disempurnakan
Menanggapi hal itu Syahrul Yasin Limpo menga­takan, keberhasilan harus diulang sehingga makin sempurna. Be­gitupun dengan Rama­dhan, selalu ingin kita ulang. Karena, kita berharap Ramadhan bisa menyempurnakan apa yang kurang dan menstabilkan apa yang ada. Memperbaiki pendekatan vertikal kepada Allah dan pendekatan horisontal kita.
“Ramadhan juga meng­ajarkan kita hadir pada kehidupan yang penuh kasih sayang. Kita diajarkan hidup bahagia, sayang pada keluarga, ditandai dengan buka puasa dan sahur bersama dengan keluarga. Inilah puncak kebahagiaan yang harus dijaga. Sayang simbol hadirnya kebahagiaan,” urainya.
Menurutnya, kehidupan yang bahagia selalu diwarnai dengan agama yang baik. Pasalnya, agama membuat kehidupan ekonomi semakin baik, manusia semakin beradab, jujur, dan tahu saling menghargai. Agama sumber kehidupan yang makin baik.
“Saya selalu memegang prinsip itu. Bahkan, ketika saya mulai dari kepala desa, lurah, camat, bupati hingga gubernur. Dan semuanya berprestasi. Saya juga mendapatkan pendekatan tersebut ketika belajar ilmu pemerintahan hampir di semua negara di dunia,” jelasnya.
Ia pun berkesimpulan jika agama mampu mendorong kehidupan ekonomi yang sema­kin baik. Termasuk di Sulsel. Bahkan, Sulsel mampu menjadi provinsi terbaik di Indonesia.
Peningkatan ekonominya tertinggi nasional dan tingkat inflasinya terendah. Indikator lainnya, jumlah jemaah haji Sulsel juga terbanyak di Indonesia, mencapai 116 ribu orang dengan rata-rata waktu tunggu 15 tahun.
“Saya harap, apa yang kita capai ini, bisa kita teruskan. Kita lanjutkan semua yang baik-baik itu,” imbuhnya. (*/ute)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar