Senin, 03 September 2012

Jarak Maros-Bone Sisa 2 Jam



SENIN, 03 SEPTEMBER 2012 

Proyek Jalan Layang Akan Dimulai 2013 
MAKASSAR, --Jarak tempuh Kabupaten Maros ke Kabupaten Bone akan Segera berkurang dari 175 kilometer (km) menjadi 120 km. Pembangunan jalan layang yang menghubungkan Maros-Bone ditargetkan mulai dilakukan 2013 mendatang.
Dengan konsep proyek yang meniru Jalan Kelok Sembilan yang menghubungkan Lintas Tengah Sumatera dan Pantai Timur Sumatera ini, waktu tempuh Maros-Bone yang biasanya 4-5 jam akan berkurang sekitar 2 jam.
Pemerintah Provinsi Sulsel mengaku saat ini telah mengusulkan anggaran untuk proyek pembangunan jalan layang Maros-Bone dalam APBN 2013. Uji kelayakan (feasibility study) serta Detail Engineering Design (DED) proyek tersebut telah rampung sejak 2011 lalu.
Kepala Dinas Bina Marga Sulsel Abdul Latief mengatakan, dengan pengusulan tersebut pihaknya berharap agar proyek yang ditaksir akan menghabiskan biaya sekitar Rp2 triliun itu bisa diakomodir tahun 2013 mendatang.
“Kami sudah usulkan dalam pembahasan APBN 2013, tetapi nanti saya coba lihat bagaimana perkembangannya. Kalau kami sebenarnya tetap berharap agar pelaksanaannya bisa diakomodir tahun depan,” kata Abdul Latief melalui telepon genggamnya, kemarin.
Meski harapannya proyek tersebut bisa terakomodir tahun 2013 mendatang, tetapi pihaknya juga telah menyampaikan ke Pemerintah Pusat agar tahun 2012 ini rencana tersebut sudah bisa dilakukan pencanangan pembangunannya.
“Harapan kami agar pemerintah pusat, kalau dimungkinkan tahun ini dimulai pencanangannya,” ujarnya.
Dijelaskan, dalam rencana pembangunan jalan yang panjangnya sekitar 175 kilometer tersebut, konsepnya sebagian jalan yang sudah ada sekarang tetap akan ada yang dimanfaatkan, hanya yang akan dilakukan pemotongan untuk mengurangi jalan berkelok.
“Ini sebagian jalan sudah kita potong, pada bagian jalan yang banyak berkelok akan dikurangi. Jadi di sini digunakan jalan layang itu. Makanya, tetap ada beberapa jalan kami manfaatkan,” katanya.
Lebih jauh, ia mengatakan bahwa untuk pengerjaan proyek jalan tersebut paling tidak masa pembangunannya membutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun. Sementara untuk tahapannya, ia belum bisa menjelaskan lantaran proyek tersebut juga saat ini masih dalam pembahasan.
“Proyek ini masih dalam pembahasan APBN. Anggarannya semuanya dari APBN, tidak ada dana pendamping dari APBD,” katanya.
Sebelumnya, Wakil Gubernur Sulsel Agus Arifin Nu’man mengatakan, uji kelayakan atau feasibility study (FS) dan Detail Engineering Design (DED) proyek ini telah rampung sejak 2011 lalu. Sebab itu pihaknya sekarang sisa berjuang agar ini masuk dalam APBN 2013.
Mantan Ketua DPRD Sulsel ini juga mengaku, pemerintah pusat telah menjanjikan pengerjaan proyek ini setelah proyek pelebaran jalan Maros-Parepare rampung pada akhir tahun 2012 ini.
Proyek tersebut, sambung Agus, akan memakai konstruksi beton bertulang pada dua jalur ruas jalan.  Sehingga beberapa bagian nantinya akan menggunakan jalan layang dan jembatan untuk mengurangi tikungan serta tanjakan di sepanjang poros Maros-Bone.
Disebutkan, jika nantinya jalan tersebut selesai,  maka jarak dari Makassar- Bone sepanjang 175 km yang biasa ditempuh selama 4-5 jam,  akan berkurang menjadi 120 km atau waktu tempuh 2 jam. 
Untuk diketahui, proyek pelebaran dan pembangunan jalan layang yang menghubungkan Kabupaten Maros-Bone ini, konsepnya terinspirasi dari Jalan Kelok Sembilan penghubung lintas Tengah Sumatera dan Pantai Timur Sumatera.
Di beberapa bagian akan menggunakan jalan layang dan jembatan untuk mengurangi tikungan serta tanjakan di sepanjang poros Maros-Bone. Karena itu, dibuat satu alternatif dan diserahkan kepada Pemerintah Provinsi untuk perancangannya nanti.
Titik-titik tersebut diantaranya berada di Dusun Pattunuang, Asoe, Simpang Labbu. Jalan Maros-Bone yang selama ini hanya memiliki lebar 6 meter akan disulap menjadi 7 meter, begitu juga dinding pembatas di kedua sisi akan menggunakan pengaman beton.
Kelayakan Monorel Difinalisasi
Sementara itu, perkembangan rencana pembangunan fisik megaproyek monorel sebagai transportasi massal, yang menghubungkan Kota Makassar, Maros, dan Sungguminasa Gowa sudah mulai terlihat. Hal ini setelah studi kelayakan Feasibility Studi (FS) monorel sudah memasuki masa finalisasi.
Business Development PT Indonesia Green Management, Andi Asmir, yang juga rekanan PT Hadji Kalla Grup menjelaskan, pembangunan monorel ini merupakan kesempatan bagi Provinsi Sulsel, khususnya kawasan Mamminasata untuk berbenah menuju kota dunia.
“Ini kan soal infrastruktur, jadi perlu pertimbangan yang betul-betul detil dan terintegrasi semuanya. Secara umum proses perhitungan jaringan-nya sudah selesai, sisa kita maju pada finalisasi studi-nya (FS),” ungkap Asmir melalui telepon genggamnya, akhir pecan lalu.
Lanjut, ia mengatakan, jika finalisasi studi ini selesai, maka baru kemudian memasuki proses pelelangan atau tender untuk konstruksi. “Nah, disitulah kita akan mulai konstruksi. Kontruksi ini sebenarnya hanya sebentar, tetapi kita harus hati-hati karena ini adalah infrastruktur,” jelasnya.
Persoalan ini, sambungnya, akan sangat berpengaruh terhadap oppotunity atau peluang ekonomi masyarakat yang lebih baik. “Makanya ini sangat strategis, sehingga jangan sampai pembangunannya nanti kurang lengkap dari apa yang kita janjikan,” tandasnya.
Terkait penggunaan tek­nologi monorel yang akan dipakai nanti, ia mengaku tetap akan memakai teknologi seperti umumnya yang dipakai monorel yang ada didunia. Diakuinya, sejauh ini, pihaknya sementara melakukan pengembangan teknologi tersebut.
“Kami sekarang lagi kembangkan, mudaha-mudahan bisa pakai produksi sendiri, tetapi ini masih belum tentu, sebab kami kami dalam pengerjaan teknikal yang intens. Tetapi intinya, kami lagi usahakan untuk pakai teknologi sendiri, tetapi kalau itu tidak memungkinkan maka kita akan pakai teknologi yang lain yang sudah pernah ada,” katanya.
Dijelaskan, dari perhitungan yang telah dilakukannya, pembangunana monorel Mamminasata ini akan menghabiskan sedikitnya Rp3 triliun. Dengan pengerjaan yang terbagi pada tiga tahap, yakni tahap pertama dikerjakan sepanjang 24 kilometer (km), kedua 10 km dan ketiga 15 km.
“Total anggaran yang akan dihabiskan kurang lebih Rp3 triliun, ini sampai masuk pengoperasiannya. Semua perhitungan jaringan sudah selesai, total panjangnya paling sedikit 40 km,” urainya.
Terkait izin teknis dan izin pemanfaatan median dari Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU), Asmir mengungkapkan bahwa persoalan tersebut prosesnya parallel dengan proses FS.
“Izin teknis dan pemanfaatan jalan masih dalam proses. Ini kan proses paralel, jadi kalau proses FS sudah masuk maka perizinan itu juga sudah akan ada pada proses akhir. HGanya itu saja, karena kan kita harus tentukan jaringan, jadi begitu jaringan kita masuk maka ini juga akan proses akhir di Kementerian,” jelasnya.
Selain itu, Asmir juga mengaku dalam waktu dekat akan segera ke Makassar untuk melaporkan perkembangan tersebut kepada Gubernur Syahrul Yasin Limpo.
“Sekarang masih dalam masa konsolidasi dan mudah-mudahan pekan depan kami bisa ke Makassar melaporkan ke Pak Gubernur,” katanya.
Sementara itu, Kepala Dinas Perhubungan Sulsel Andi Masykur Sultan mengatakan, saat ini proses pembangunan monorel ini sudah memasuki masa persiapan tender.
“Rencananya minggu depan, tim pengembang akan datang melaporkan perkembangan terakhir sama Pak Gubernur, termasuk soal anggaran serta teknologi yang dipakai,” tandasnya.
Sebelumnya, Masykur menjelaskan proses lelang akan menggunakan Peraturan Presiden (Perpres) No 68/2005 jo Perpres No13/2010 tentang Public Private Partnership (PPP), atau kerja sama pemerintah dan swasta.
Dalam rancangannya, ada tiga jalur monorel yang menghubungkan tiga kota, yakni jalur Daya-Karebosi sepanjang yang melewati Jalan Perintis Kemerdekaan, Urip Sumohardjo, Jalan Bawakaraeng, dan berakhir di Lapangan Karebosi sebagai stasiun utama. Kemudian jalur Lapangan Karebosi-Sungguminasa yang melewati sejumlah jalur strategis di Kota Makassar hingga ke Kabupaten Gowa. (eky/ute)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar