Kamis, 26 Juli 2012

Pemprov Himbau Petani Tanam Kedelai


Kamis, 26 Juli 2012
MAKASSAR– Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulawesi Selatan (Sulsel) menghimbau petani agar menanam kedelai sebagai alternatif jika terjadi lonjakan harga kedelai impor seperti saat ini. 

“Walau kualitas kedelai lokal masih sangat jauh dari kedelai impor tapi tak ada salahnya petani mau menanam kedelai, “ ujar Kepala Bidang Perdagangan Luar Negeri Disperindag Sulsel Ahmad Habib ketika dikonfirmasi SINDO, kemarin. Dalam beberapa pekan terakhir, harga kedelai impor terus merangkak naik.Kini harga kedelai impor mencapai Rp 8.100 per kilogram (kg).Pekan lalu, harganya masih Rp7.750 per kg, lalu naik menjadi Rp7.800, Rp7.950, hingga kini Rp8.100.

Kondisi tersebut tentu berdampak langsung pada industri tahu dan tempe. Produksi kedelai di Sulsel masih minim. Selain karena lahan pertanian kedelai yang tergerus tanaman padi dan jagung, iklim di Sulsel mempengaruhi kualitas kedelai kurang baik.Tahun ini produksi kedelai di Sulsel diperkirakan mencapai 33.720 ton biji kering, atau turun 1.850 ton dari 2011 lalu. Naiknya harga kedelai impor tidak mampu diantisipasi oleh Disperindag Sulsel.

“Ini bukan soal regulasi harga masuk. Ini murni karena kekurangan bahan dasar dari negara pengimpor. Jadi kami tidak bisa berbuat apa-apa, selain berusaha mencari alternatif lain,”kata dia. Tingginya harga kedelai impor yang masuk ke Sulsel mengakibatkan sejumlah pengrajin dan pedagang tahu dan tempe mengeluh. Pasalnya, omset mereka menurun hingga 40%.

Salah satu pengrajin tahu di Jalan Abu Bakar Lambogo Makassar Hendro mengatakan,sebelum lonjakan harga kedelai impor ini,omsetnya per hari bisa mencapai Rp600.000. Namun setelah lonjakan harganya yang berkali-kali dalam beberapa pekan terakhir, omset hariannya hanya mencapai Rp360.000. ”Lonjakan harga kedelai ini sangat menyulitkan usaha kami.

Untung yang didapat sangat tipis, kalau ini terus berlangsung, bisa-bisa malah merugi,” katanya, saat ditemui di lokasi pabrik tahunya, kemarin. Keluhan yang sama dituturkan Mudjiono, pengrajin tempe di Jalan Nurdin Daeng Tutu. Menurutnya, lonjakan harga kedelai kali ini adalah yang tertinggi dalam 15 tahun terakhir. Para pengusaha ini pun tidak ada pilihan lain,selain menaikkan harga tahu dan tempe yang dipasoknya kepada para pedagang.

Seperti Hendro yang menaikkan harga menjadi Rp26.000 per satu cetakan, dari harga sebelumnya Rp24.000. Sementara Mudjiono kini menjual tempe per potong Rp2.000, dari yang sebelumnya Rp1.000 per potong. Akibat harga impor kedelai yang tinggi ini pula,mereka harus mengurangi produksi tahu dan tempe. Menurut Hendro, pengurangan produksi tersebut dilakukan karena sulit membeli bahan baku kedelai yang harganya melambung.

Di sisi lain,juga melihat minat pembeli yang menurun karena harga tahu dan tempe ikut naik. Jika biasanya untuk memproduksi tahu dalam sehari, Hendro menyediakan 5 karung kedelai, kini ia hanya menyediakan 3 karung saja per harinya. rahmat hardiansya 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar