Sabtu, 25 Februari 2012

Digelar Dialog Potret Kepariwisataan Sulsel


SABTU, 25 FEBRUARI 2012

MAKASSAR,  –  Rendahnya kualitas pengelolaan destinasi wisata di Sulsel khusunya Kota Makassar dapat dilihat dari sisi belum optimalnya tata kelola yang dilakukan pemerintah untuk mengembangkan potensi yang ada. Realitas ini setidaknya dapat mendorong berbagai prakarsa untuk meningkatkan kualitas pengelolaan dan pelayanan destinasi.
Pernyataan ini diungkapkan anggota DPRD Makassar, Haris Yasin Limpo, pada acara dialog. “Potret kepariwisataan Sulsel dalam
bingkai Visit South Sulawesi 2012 yang berlangsung di café Kampung Popsa, Jumat, 24 Februari.
Menurut Haris yang juga legislator partai Golkar, konsep pengelolaan dalam sistem kawasan berbasis kewilayahan atau daerah, memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai komponen secara internal dan eksternal. Ini membutuhkan koalisi dan kerjasama stakeholder serta sistem pengelolaan pariwisata dengan baik.
Untuk itu, kata dia, DPRD Kota Makassar  sedang merampungkan produk hukum rancangan peraturan daerah mengenai pengelolaan sistem kawasan berbasis kewilayahan/daerah yang memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan berbagai komponen dan stakeholder lainnya.
“Kami bersama rekan anggota dewan lainnya sedang menyusun dan merampungkan produk hukum berupa perda mengenai tata kelola dan estetika pariwisata,” ujar Haris Yasin Limpo.
Lain halnya dengan, Yusuf Gunco, menyoroti tentang perlunya mempertahankan dan memelihara situs sejarah yang ada di daerah ini, dalam rangka memajukan Sulsel dimata dunia terkait produk wisatanya, baik berupa situs sejarah atau geografis alamnya.
“Pemerintah perlu memelihara peninggalan sejarah, bukan justeru di hilangkan. Ini diharapkan dapat menunjang destinasi di Sulsel,” kata Yusuf Gunco.
Kepala Dinas Pariwisata Sulsel, Syuaib Mallombasi, menjelaskan pihaknya menargetkan 100 ribu wisatawan mancanegara dapat mengunjungi Sulsel hingga 2013 mendatang. Saat ini diperlukan sistem pembangunan destinasi pariwisata serta membangun sinergi dan optimalisasi peningkatan peran dan fungsi  dalam tata kelola wisata.
“Kualitas wisata dan keberlanjutan destinasi ditentukan juga melalui kompetensi dan kapasitas pengelolaan yang berkualitas,” terang Syuaib Mallombasi. Dialog wisata itu dihadiri praktisi, mahasiswa, wartawan dan penggiat industri wisata. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar