Rabu , 17 Oktober 2012
MAKASSAR, – Sejumlah pakar dari berbagai universitas menilai pembangunan
di Sulawesi Selatan (Sulsel) lima tahun terakhir menunjukkan kemajuan
yang luar biasa.
“Secara objektif saya ingin katakan bahwa pembangunan di Sulsel telah
berlangsung sangat luar biasa, telah sesuai dengan visi dan misi yang
ditetapkan oleh Perda Nomor 12 tahun 2008,” kata Dr Tajuddin Parenta
yang dikutip Imam Mujahidin.
Menurut Imam, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo mengundang sejumlah
pakar dan akademisi dari berbagai disiplin ilmu dan universitas untuk
mendiskusikan berbagai isu di Rumah Jabatan Gubernur, Jalan Jenderal
Sudirman, Makassar, Senin, 15 Oktober malam.
Hadir antara lain Sosiolog Prof Saleh S Ali, Phd, Dr Tajuddin Parenta,
Prof Dr Wasir Thalib, dan sejumlah akademisi dari Universitas Hasanuddin
(Unhas), Universitas Negeri Makassar (UNM), dan Universitas Islam
Negeri (UIN) Alauddin.
Imam Mujahidin yang merupakan kerabat dekat Syahrul mengatakan, gubernur
meminta pandangan, masukan bahkan kritikan dari para pakar untuk
memastikan pembangunan yang berlangsung berada dalam alur yang tepat.
Imam menjelaskan, bahwa Tajuddin menilai keliru bahkan tidak bisa
memahami data kalau ada yang mengatakan pembangunan di Sulsel tidak
sesuai dengan visi misi gubernur. Indikator yang paling mengesankan,
menurut Dr Tajuddin Parenta, adalah pencapaian rangking IPM.
Bedasarkan data BPS, pada tahun 2006, rangking IPM Sulsel pada urutan
23, pada tahun 2011, rangking IPM Sulsel menjadi 19. Data ini
menunjukkan bahwa akselerasi rangking IPM Sulsel lima tahun terakhir
adalah yang terbaik di Indonesia.
Tidak ada provinsi di Indonesia yang mengalami kemajuan rangking IPM
seperti Sulsel dalam periode lima tahun terakhir. Kenaikannya hampir
rata-rata 1 poin rangking tiap tahun. Sekali lagi ini tidak dialami oleh
provinsi yang lain.
Visi Gubernur Sulsel periode 2008-2013 adalah menjadikan Sulsel sebagai
10 terbaik dalam pelayanan hak-hak dasar masyarakat. Visi ini menurut Dr
Rahim Darma, salah seorang akademisi yang hadir dalam diskusi tersebut
telah dilampaui oleh Sulsel.
Indikator tentang soal itu dapat dilihat pada Perbandingan Kinerja
Sosial Ekonomi antar Provinsi yang disusun Bappenas yang menempatkan
Sulsel berada pada kuadran satu dengan posisi pertumbuhan ekonomi yang
tinggi dengan penurunan kemiskinan dan pengangguran yang signifikan.
Provinsi lain yang berada pada kuadran ini adalah antara lain Riau,
Kepri, Kalteng, Kaltim, dan Sumsel.
“Data ini menunjukkan bahwa pembangunan di Sulsel telah memasuki
lintasan yang tepat, yakni pro-poor dan pro-job. Kalau ada yang
berkomentar bahwa IPM Sulsel belum masuk 10 besar, dan karena itu
pembangunan di Sulsel dinilai gagal, itu adalah komentar yang tidak
berbasiskan pada pemahaman yang utuh mengenai IPM,” lanjut Parenta.
Selain menjadikan Sulsel menjadi 10 besar dalam rangking IPM, adalah
bukan target dan visi pemerintahan Sulsel, juga untuk memasukkan menjadi
rangking 10, dari rangking 21, adalah hal yang mustahil, karena IPM
adalah indeks dari berbagai behavior atau sikap manusia yang membutuhkan
waktu yang panjang untuk mengubahnya.
“Menurut saya, apa yang dicapai oleh Sulsel saat ini sangatlah fantastik,” urai Parenta.
Hal lain yang cukup mengemuka dalam diskusi antara Gubernur dengan
sejumlah pakar adalah soal etika politik. Para akademisi berharap pak
Gubernur bisa menjaga roh demokrasi dengan baik. Meskipun para akademisi
itu memahami bahwa Gubernur hampir setiap hari mendapatkan fitnah yang
enghancurkan nama baik, martabat, diri, keluarga dan pemerintah yang
dikendalikannya.
“Biarkan yang lain, melakukan penghinaan, fitnah dan mengklaim kiri
kanan, tetapi pak Gubernur kami harapkan bisa tetap mengendepankan
politik santun. Masyarakat kita sudah mulai sadar dan pintar membedakan
mana yang palsu dan mana yang asli,” kata Prof Dr Wasir Thalib dari UNM
masih dikutip oleh Imam.
Black Campaign
Beberapa pekan terakhir ini, Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo terus
mendapat fitnah dan propaganda baik melalui orasi, ceramah maupun
melalui media cetak Tabloid yang diedarkan secara sembunyi-sembunyi.
Sejumlah akademisi dan intelektual yang hadir dalam diskusi itu
menyesalkan cara berpolitik yang tidak santun, dengan menuduh, mengklaim
dan menyebarkan fitnah kepada lawan politik, tanpa alas bukti yang
jelas. Karena cara-cara semacam itu akan mengganggu nilai-nilai
demokrasi.
Menurut Imam, gubernur merespon masukan-masukan itu, dengan berjanji
tetap istiqamah menjadikan demokrasi sebagai panggung untuk saling
memuliakan, menghargai dan mengembangkan pendidikan politik. Saya akan
terus bekerja keras memajukan Sulsel.
“Insya Allah, melalui pilkada ini saya tidak akan terbawa oleh arus
untuk saling mencederai, menuduh dan menghina,” kunci Syahrul. (*/ute)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar